Patung dibuat dengan wujud manusia dengan dimensi masif bersenjatakan gada dengan posisi tangan sedang merestui. Patung tersebut merepresentasikan saudara kedua (wayanan) yang dalam proses kelahiran bayi berwujud Getih atau darah. Saudara ini disebut Prajapati dengan aksara sucinya Bang. Memiliki warna merah dan arahnya kep Selatan.
Kelahirannya dipercaya sebagai Dewa Hutan, Dewa Gunung,Dewa Jalan dan berstana sebagai patih di Pura Sada bergelar I Ratu Wayan Tebeng. Sesajinya atau bantennya adalah ketipat galeng dengan lauk telur itik, segehan kepelan barak, lauknya bawang jahe dan canang pesucian.
Fungsinya adalah untuk menolak segala perbuatan jahat baik skala maupun niskala. I Ratu Wayan Tebeng (dapat diartikan sebagai tameng atau perisasi) sebagai simbol tolak bala, enjelmaannya menjadi api unggun, gunung, hutan, jalan dan pohon besar.
Komentar
Posting Komentar